Akibat perang dagang, lembaga Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonom (OECD) bahkan sampai memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada hari Kamis. Kelompok yang terdiri dari negara-negara terkaya di dunia ini mengatakan bahwa dunia menuju pertumbuhan ekonomi yang paling lemah sejak krisis keuangan 2007-2008.
Saat ini, AS-China sedang mengupayakan untuk menandatangani kesepakatan perdagangan fase satu. Sebelumnya pada konferensi pers 11 Oktober, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa penandatanganan kesepakatan dagang awal bisa memakan waktu hingga lima minggu. Namun, hingga kini belum ada kejelasan terkait hal itu.
Hal ini telah diperparah isu Hong Kong. Seperti diketahui, Hong Kong telah dilanda demo berkepanjangan sejak Juni lalu. Demo anti-pemerintah sering kali berlangsung ricuh dan telah menyebabkan ekonomi kota yang masih dimiliki China itu terjerumus ke dalam resesi.
Sebagai tanggapan, China kerap kali menyarankan agar petugas kepolisian menggunakan cara keras demi bisa menghentikan demo Hong Kong.
Namun, berbagai negara dunia, utamanya AS, memandang langkah China sebagai hal yang tidak wajar. Itu karena Hong Kong, meski masih menjadi milik China, merupakan kota yang memiliki kebebasan otonomi sendiri.
Hal ini berlaku sejak 1997, saat Hong Kong diserahkan Inggris kembali ke China dengan syarat sebagai wilayah semi-otonom di bawah prinsip 'satu negara, dua sistem'. Aturan ini memberi warga Hong Kong tingkat kebebasan finansial dan hukum yang tidak dimiliki dan tidak bisa diatur China.
Dengan tujuan untuk menyelamatkan status khusus Hong Kong ini, pemerintahan Trump baru-baru ini mengeluarkan undang-undang (UU) yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia (HAM) di Hong Kong.
Pihak China yang tidak terima dengan sikap AS, pada hari Kamis menyebut AS berusaha menghancurkan Hong Kong. China juga mengancam akan membalas.
"Mengesahkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong sama seperti memanjakan penjahat yang kejam," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi. "Hal itu membuat kerusuhan semakin memburuk dan bertujuan untuk mengacaukan atau bahkan menghancurkan Hong Kong."
Sementara itu, The Wall Street Journal yang mengutip beberapa sumber, melaporkan bahwa utusan perdagangan China Liu He telah mengundang pejabat perdagangan AS ke Beijing untuk mengadakan putaran baru perundingan.
Namun, para pejabat AS enggan hadir tanpa komitmen yang jelas dari Beijing untuk menangani keluhan utama AS, menurut laporan itu.
Akibat berita ini, saham-saham dunia bergerak liar dan sebagian besar mencatatkan penurunan. "Hari ketiga merah untuk pasar ekuitas karena kesepakatan perdagangan AS-China, atau kurangnya, terus mendikte sentimen pasar," kata Craig Erlam, analis pasar senior di kelompok perdagangan Oanda.
Sejalan dengan Erlam, kepala analis pasar XTB David Cheetham juga mengatakan isu mengenai hubungan AS-China sangat mempengaruhi pasar saham dunia.
"Sangat luar biasa bahwa pasar saham tidak hanya di New York dan Shanghai, tetapi juga London dan Frankfurt, memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi dalam waktu dekat terhadap berita apa pun di depan ini." Katanya, mengutip AFP.
Dunia - Terkini - Google Berita
November 22, 2019 at 07:23AM
https://ift.tt/35q28HA
Perang Dagang & Hong Kong Buat Saham Dunia Ambruk - CNBC Indonesia
Dunia - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/2M0nSS7
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang & Hong Kong Buat Saham Dunia Ambruk - CNBC Indonesia"
Post a Comment